Aku seorang mahasiswi Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di negeri jiran yaitu Malaysia, tepatnya di University of Malaya, Kuala Lumpur. Dengan beasiswa yang diberikan oleh yayasan dari provinsiku, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Indonesia, akhirnya alhamdulillah aku bisa bertahan di sini. Perjalanan hidupku di sini bermula pada tanggal 14 Januari 2009.
Awal sekali aku tinggal di sini, aku merasakan kalau mahasiswa/i di UM ini tidak begitu friendly, mereka acuh tak acuh dan tidak begitu memperhatikan keadaan sekeliling. Salah satu contohnya. mereka tidak pernah mengalah dalam berjalan. Apabila kita berada dalam jalan kecil, sedangkan di depan ada sekumpulan orang-orang melayu Malaysia yang sedang berjalan, mereka tidak akan mengalah atau memberi jalan untuk kita, malah mereka jalan terus, jadi kita yang harus mengalah. Dari situ aku mulai berpkiran kalau semua orang Malaysia tidak ada yang ramah. Dan mereka juga susah sekali untuk senyum, apakah mereka lupa kalau senyum itu adalah sebagian daripada ibadah?
Walaupun aku berada jauh dari keluarga, pacar, sanak saudara dan teman-teman, tapi aku bersyukur masih bisa berkomunikasi dengan mereka melalu facebook dan YM. Aku beruntung karena aku tinggal di dalam kampus yang menyediakan kemudahan dalam koneksi internet. Pada suatu hari, aku sempat chating dengan teman SMA-ku. Tiba-tiba dia menanyakan tentang masalah yang terjadi antara Malaysia dengan Indonesia. Perlu diketahui kalau di Malaysia, tidak ada sedikitpun kabar yang masuk ke dalam kampusku tentang masalah itu, mungkin publikasi di sini cukup dikawal. Yang aku tau cuma rakyat Indonesia pada waktu itu sedang gempar terhadap masalah tersebut, dan aku mengetahui itu semua dari teman-teman ku di Indonesia dan juga surat kabar online.
Temanku tersebut pun bertanya seperti ini, “Kalau seandainya kita, mahasiswa Indonesia melakukan pengusiran terhadap mahasiswa Malaysia yang kuliah di Indonesia gimana?”. Dengan pertanyaan itu, aku langsung terperanjat, dan aku langsung marah-marah,”emangnya kalian ada kuasa apa untuk mengusir mereka?? apakah kalian tidak berfikir tentang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Malaysia? Aku juga kuliah di sini, gak mikir kalo itu juga akan ada impact nya ke aku”. Dari situ temanku menduga kalau aku pro Malaysia. Dia bilang gini, “waahh..gak nyangka ternyata kamu udah terpengaruh oleh orang-orang Malaysia”. Hmm..aku tidak pernah berfikiran seperti itu, aku cuma melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan. Aku tidak menyangka kalau mahasiswa-mahasiswa di Indonesia mungkin sudah terlalu emosi akibat berita-berita yang telah dilaporkan media massa tentang keburukan-keburukan Malaysia.
Jujur, aku juga tidak begitu mengetahui secara menyeluruh, apa yang sebenarnya terjadi antara Indonesia-Malaysia. Yang aku tahu cuma terdapat makanan, lagu dan tarian yang telah diklaim oleh Malaysia sehingga masyarakat di Indonesia tidak terima bahkan mengejek Malaysia dengan mengubah nama Malaysia menjadi Malingsia.
Dan satu lagi kejadian yang membuat aku agak tertekan kuliah di sini. Sebagian dosen-dosenku sering kali berbicara tentang Indonesia dengan nada jelek. Contohnya, pernah menghina Indonesia yang sebagai Negara Dunia ke-3, dia maksudkan bahwa Indonesia lebih rendah daripada Malaysia yang merupakan negara membangun. Dan salah satu dosenku juga pernah menghentak kami sebagai mahasiswa Indonesia, dia mengatakan tentang tarian. Tari zapin itu dari mana? Dan aku bilang, itu tarian melayu dan mungkin semua orang melayu di dunia bisa saja tahu tari itu. Then, dia bilang, itu asalnya dari Malaysia, untungnya tidak diklaim jadi milik Indonesia, jangan diklaim yaa. Hmm..aku tau maksudnya, dari situ aku tidak begitu banyak bicara di kelas.
Salah satu temanku juga pernah mengalami hal yang sama denganku, dosennya pernah mengatakan seperti ini, lihat Indonesia, kalau mereka sedang dalam kesusahan dan minta bantuan kepada siapa?? Pasti kepada Malaysia kan? Sedangkan yang di kelas itu kebanyakan orang Malaysia, dan mereka semua dengan lantang mengatakan ya! Tiba-tiba temanku itu langsung berdiri dan keluar dari kelas. Seharusnya sebagai seorang dosen, dia harus bersikap professional, tidak memasukkan unsur-unsur seperti itu dalam pembelajaran. Tetapi itu lah kenyataannya.
Keadaan seperti itu akhirnya tidak pernah terdengar lagi semenjak akhir 2009 lalu, dan di tahun 2010 ini pun alhamdulillah tidak pernah lagi terdengar masalah-masalah seperti itu. Tetapi kadang-kadang aku merasa miris juga, sampai sekarang aku tidak pernah bisa bercampur dengan teman-teman sekelasku. Pada saat aku memerlukan bantuan, mereka memang membantuku. Tetapi di saat aku ingin mempunyai teman dekat dan hanya sekedar share saja, kayaknya mereka bukan tipe teman seperti itu. Susah sekali untuk menjadikan mereka teman yang bener-bener teman. Dan itu yang membuatku selalu berpikiran bahwa orang-orang Malaysia yang benar-benar friendly. Aku seperti tidak mempunyai teman, selalu sendiri. Mereka selalu berkumpul denga kelompok mreka masing-masing.
Tetapi dalam T4C yang ku ikuti kemarin, aku baru menyadari bahawa tidak semua orang Malaysia yang gak ramah. malah banyak yang membantuku. Itu yang membuat aku berubah pikiran. Berarti aku yang harus berusaha keras untuk menjadi teman yang baik bagi mereka. Aku selalu mencoba dan sekarang Alhamdulillah aku mulai bisa bergabung dengan teman-teman sekelasku, walaupun kadang-kadang mereka berkumpul dengan kelompknya masing. Setidaknya aku telah menunjukkan kalau aku juga ingin berteman dengan mereka.
Mulai sekarang aku harus selalu bersikap optimis. Aku akan hidup di sini masih selama 2 tahun lagi, insyAllah..dan mudah-mudahan dalam 2 tahun lagi aku di sini, aku bisa menjadi jembatan antara Indonesia dan Malaysia untuk menjalin hubungan yang baik lagi karena inilah kesempatanku untuk menjadi warga Indonesia yang baik. Semoga aku bisa!
0 comments:
Post a Comment